Minggu, 18 Oktober 2015

Tugas 1 Ilmu Budaya Dasar - Kebudayaan Ngaben

Kebudayaan Ngaben
Wildayati Aulia
17515568
1PA12

Ngaben merupakan upacara kremasi atau pembakaran jenazah di Bali, Indonesia. Upacara adat Ngaben merupakan sebuah ritual yang dilakukan untuk mengirim jenazah pada kehidupan mendatang. Dalam upacara ini, jenazah diletakkan dengan posisi seperti orang tidur. Keluarga yang ditinggalkan pun akan beranggapan bahwa orang yang meninggal tersebut sedang tertidur. Dalam upacara ini, tidak ada air mata karena mereka menganggap bahwa jenazah hanya tidak ada untuk sementara waktu dan menjalani reinkarnasi atau akan menemukan peristirahatan terakhir di Moksha yaitu suatu keadaan dimana jiwa telah bebas dari reinkarnasi dan roda kematian. Upacara ngaben ini juga menjadi simbol untuk menyucikan roh orang yang telah meninggal.

Dalam ajaran agama Hindu, jasad manusia terdiri dari badan halus (roh atau atma) dan badan kasar (fisik). Badan kasar dibentuk oleh lima unsur yang dikenal dengan Panca Maha Bhuta. Kelima unsur ini terddiri dari pertiwi (tanah), teja (api), apah (air), bayu (angin), dan akasa (ruang hampa). Lima unsur ini menyatu membentuk fisik dan kemudian digerakkan oleh roh. Jika seseorang meninggal, yang mati sebenarnya hanya jasad kasarnya saja sedangkan rohnya tidak. Oleh karena itu, untuk menyucikan roh tersebut, perlu dilakukan upacara Ngaben untuk memisahkan roh dengan jasad kasarnya.

Tentang asal usul kata Ngaben sendiri ada beberapa pendapat. Ada yang mengatakan bahwa Ngaben berasal dari kata beya yang berarti bekal. Ada yang berpendapat dari  kata ngabu yang berarti menjadi abu.  Selain itu, ada pula yang mengatakan bahwa Ngaben berasal dari kata Ngapen yakni penyucian dengan api. Dalam kepercayaan Hindu, dewa Brahwa atau dwa pencipta dikenal sebagai dewa api. Oleh karena itu, upacara ini juga bisa dianggap sebagai upaya untuk membakar kotoran yang berupa jasad kasar yang masih melekat pada roh dan mengembalikan roh pada Sang Pencipta.
Bagi masyrakat di Bali, Ngaben adalah momen bahagia karena dengan melaksanakan upacara ini, orang tua atau anak-anak telah melaksanakan kewajiban sebagai anggota keluarga. Oleh sebab itu, upacara ini selalu disambut dengan suka cita tanpa isak tangis. Mereka percaya bahwa isak tangis justru hanya menghambat perjalanan roh mencapai nirwana.Hari yang sesuai untuk melakukan upacara Ngaben biasanya didiskusikan dengan para tetua atau orang uang paham. Tubuh jenasah akan diletakkan di dalam sebuah peti. Peti ini diletakkan di dalam sebuah sarcophagus yang berbentuk lembu atau diletakkan di sebuah wadah berbentuk vihara. Wadah ini terbuat darI kertas dan kayu. Bentuk vihara atau lembu ini dibawa menuju ke tempat kremasi melalui suatu prosesi. Prosesi tersebut tidak berjalan pada satu jalan lurus karena bertujuan untuk menjauhkan roh jahat dari jenasah.


Puncak Upacara adat Ngaben adalah prosesi pembakaran keseluruhan struktur yaknik Lembu atau vihara tadi berserta dengan jenasah. Prosesi Ngaben biasanya memerlukan waktu yang cukup lama. Bagi jenasah yang masih memiliki kasta tinggi, ritual ini bisa dilakukan selama 3 hari. Namun, untuk keluarga yang kastanya rendah, jenasah harus dikubur terlebih dahulu baru kemudian dilakukan Ngaben.

Upacara Ngaben di Bali biasanya dilakukan secara besar-besaran seperti sebuah pesta dan memakan biaya yang banyak. Oleh sebab itu, tidak sedikit orang yang melakukan upacara Ngaben dalam selang waktu yang lama setelah kematian. Saat ini, masyarakat Hindu di Bali banyak yang melakukan upacara Ngaben secara massal untuk mengemat biaya. Jadi, jasad orang yang sudah meninggal dimakamkan untuk sementara waktu sambil menunggu biayanya mencukupi. Namun, bagi keluarga yang mampu, Upacara adat Ngaben bisa dilakukan secepatnya.

Secara garis besarnya Ngaben itu dimaksudkan adalah untuk memproses kembalinya Panca Mahabhuta di alam besar ini dan mengantarkan Atma (Roh) kealam Pitra dengan memutuskan keterikatannya dengan badan duniawi itu. Dengan memutuskan kecintaan Atma (Roh) dengan dunianya, Ia akan dapat kembali pada alamnya, yakni alam Pitra. Kemudian yang menjadi tujuan upacara ngaben adalah agar ragha sarira (badan / Tubuh) cepat dapat kembali kepada asalnya, yaitu Panca Maha Bhuta di alam ini dan Atma dapat selamat dapat pergi ke alam pitra. Oleh karenanya ngaben tidak bisa ditunda-tunda, mestinya begitu meninggal segera harus diaben. Agama Hindu di India sudah menerapkan cara ini sejak dulu kala, dimana dalam waktu yang singkat sudah diaben, tidak ada upacara yang menjelimet, hanya perlu Pancaka tempat pembakaran, kayu-kayu harum sebagai kayu apinya dan tampak mantram-mantram atau kidung yang terus mengalun. Agama Hindu di Bali juga pada prinsipnya mengikuti cara-cara ini. 

Cuma saja masih memberikan alternatif untuk menunggu sementara, mungkin dimaksudkan untuk berkumpulnya para sanak keluarga, menunggu dewasa (hari baik) menurut sasih dll, tetapi tidak boleh lewat dari setahun. Tetapi sebenarnya dengan mengambil jenis ngaben sederhana yang telah ditetapkan dalam Lontar, sesungguhnya ngaben akan dapat dilaksanakan oleh siapapun dan dalam keadaan bagaimana juga. Yang penting tujuan utama upacara ngaben dapat terlaksana. Sementara menunggu waktu setahun untuk diaben, sawa (jenasah / jasad / badan kasar orang yang sudah meninggal) harus dipendhem (dikubur) di setra (kuburan). Untuk tidak menimbulkan sesuatu hal yang tidak diinginkan, sawa pun dibuatkan upacara-upacara tirta pengentas.

Dan proses pengembalian Panca Maha Bhuta terutama Unsur Prthiwinya akan berjalan dalam upacara mependhem ini. Ngaben selalu berkonotasi pemborosan, karena tanpa biaya besar kerap tidak bisa ngaben. Dari sini muncul pendapat yang sudah tentu tidak benar yaitu : Ngaben berasal dari kata Ngabehin, artinya berlebihan. Jadi tanpa mempunyai dana berlebihan, orang tidak akan berani ngaben. Anggapan keliru ini kemudian mentradisi. Akhirnya banyak umat Hindu yang tidak bisa ngaben, lantaran biaya yang terbatas. Akibatnya leluhurnya bertahun-tahun dikubur. Hal ini sangat bertentangan dengan konsep dasar dari upacara ngaben itu.

Dari beberapa penelusuran terhadap berbagai lontar di Bali, ngaben ternyata tidak selalu besar. Ada beberapa jenis ngaben yang justru sangat sederhana. Ngaben-ngaben jenis ini antara lain Mitrayadnya, Pranawa dan Swasta. Namun demikian, terdapat juga berbagai jenis upacara yang tergolong besar, seperti sawa prateka dan sawa wedhana.

Sumber :

Sabtu, 10 Oktober 2015

Antropologi Tugas 1

Antropologi


1.      Pengertian Antropologi
Antropologi berasal dari bahasa Anthropos yang berarti manusia, dan Logos yang berarti ilmu, yang berarti ilmu yang mempelajari tentang manusia.
Antropologi mempelajari tentang budaya masyarakat suatu etnis, antropologi muncul pertamakali karena ketertarikan bangsa Eropa terhadap budaya dan adat istiadat masyarakat yang beragam.
Secara umum antropologi diartikan sebagai ilmu yang mempelajari tentang manusia yang menuyusun generalisasi yang bermanfaat bagi manusia itu sendiri, dan memberikan pengertian tentang budaya, tradisi, bahasa dll.

Pengertian lain antropologi menurut ahli :
a.      Ralf L Beals dan Harry Hoijen
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia dan semua apa yang dikerjakannya
b.      Darwin
Antropologi ingin membuktikan asal mula dan perkembangan manusia dengan melakukan berbagai macam penelitian terhadap kera atau monyet
c.       David Hunter
Antropologi adalah ilmu yang lahir dari keingintahuan yang tidak terbatas tentang manusia
d.      William A. Havilland
Antropologi adalah studi yang mempelajari tentang manusia yang menyusun generalisasi yang bermanfaat tentang manusia serta perilakunya untuk memperoleh pengertian yang lengkap tentang keanekaragaman manusia
e.      Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari tentang manusia yang pada umumnya mempelajari aneka warna bentuk fisik masyarakat dan kebudayaan yang dihasilkan masyarakat tersebut

2.      Biografi
1.      Franz Boas (1858-1942)

Seorang ahli dibidang antropologi yang menjadi pencetus sebagai antropologi modern dan bapak antropologi Amerika yang lahir pada 9 Juli 1858 di Jerman. Kedua orang tuanya adalah peneliti mengenai Yahudi.
Ia menerima gelar doktor dalam fisika dan post-doktoral di bidang geografi. Boas sebagai orang pertama yang menerapkan metode ilmiah dalam mempelajari masyarakat dan kebudayaannya.
Dia mempelajari secara ekstensif budaya Indian Kwakiuti. Boas menyatakan bahwa koleksi data dari setiap aspek adalah unsur yang penting untuk memahami suatu budaya yang terkenal termasuk The Mind Of Primitive Man (1911). Antrophology And Modern Life (1928) dan Race, Language, dan Culture (1940).

2.      Margaret Mead (1901-1978)

Dikenal sebagai antropolog budaya Amerika, lahir tanggal 16 Desember 1901 di Philadelphia. Ayahnya sebagai seorang profesor di sebuah universitas, ibunya sebagai aktivis sosial. Mead banyak memberikan konstribusi terhadap pemahamannya akan konsep modern tentang budaya barat dan Amerika.
Banyak buku yang Mead terbitkan tentang isu-isu kontemporer dan masyarakat primitif. Dan Mead juga sebagai pendukung kuat hak perempuan.
Karyanya yang paling terkenal adalah Coming Of Age in Samoa (1928). Growing Up In New Guinea (1930). Sex and Temperament in Three Primitive Societies (1935) dan Blackbarry Winter. My Earlier Years (1972).
Mead meninggal di New York City pada 15 November 1978, dalam usia 76 tahun.

3.      Sumber
Prabowo,Hendro.1996.Pengantar Antropologi:Jakarta.Universitas Gunadarma