Kebudayaan 3D dari Sumatera Barat
Indang Pariaman, Kesenian Tiga Dimensi
Wildayati Aulia
17515568
Indang berasal dari Aceh. Adapula yang berpendapat bahwa Indang dibawa oleh orang Minangkabau yang hendak memperdalam agama Islam ke Aceh, Pono namanya. Pono dikenal sebagai Syekh Burhanuddin. Pada awal abad ke-17, Pono pergi ke Aceh untuk memperdalam ilmu Islam. Ia pun berguru pada Syekh Abdurauf yang berasal dari Barus. Selama kurang lebih 14 tahun, Pono belajar dan menjadi murid kesayangannya. Syekh Aburauf memberi nama Burhanuddin kepada Pono. Ia juga memerintahkan beberapa orang untuk mengawal Pono untuk kembali ke negara asalnya.
Setelah kembali ke kampung, Syekh Burhanuddin menemukan benda yang bertuliskan Rabbana. Rupanya benda tersebut adalah milik salah seorang pengawalnya yang tertinggal. Pada bagian dalamnya tertulis kalimat tahuid dan kalimat rasul serta pada bagian tengahnya tertulis nama Tuanku Ripa’i. Rebana peninggalan Tuanku Ripa’i ini pun diperbanyak.
Bahan Rebana itu berasal dari batang nangka dan kulit kambing yang disembelih menurut ajaran Islam. Itulah asal muasal permainan Indang di Tanjung Medan Ulakan Kabupaten Padang Pariaman yang kemudian menyebar dan disenangi masyarakat.
Permainan Indang biasanya dilakukan sambil duduk berdampingan, berderet antara 9-25 orang, jumlahnya biasanya ganjil. Orang yang turut berperan penting dalam Indang adalah Tukang Dikir yang berfungsi sebagai penyanyi tunggal yang kemudian diikuti oleh seluruh pemain. Serta adapula Tukang Alih yang berfungsi untuk mengubah gerakan yang satu kepada gerakan yang lain dan mengubah cara pukulan ripai yang dipegang oleh para pemain.
Indang Piaman merupakan Indang yang paling populer di Sumatera Barat. Salah satu kekhasan Indang ini adalah selalu dimainkan pada malam hari dan dibawakan oleh 3 kelompok dari 3 desa yang berbeda. Ketiga grup duduk dalam posisi segitiga. Mereka memiliki sebuah tema atau masalah yang hendak didiskusikan. Sebelum permainan dimulai diadakan persetujuan terlebih dahulu grup mana yang akan memulai permainannya.
Pertunjukkan Indang menampilkan tiga kelompok penyaji, yaitu: kelompok pangka (tuan rumah) dan dua kelompok alek (tamu). Satu kelompok Indang terdiri dari 8-22 pemain laki-laki, seorang sebagai tukang dikir (creator) dan anak Indang.
Satu kelompok penampil akan mempresentasikan materi pembukaan (permintaan izin dan kerelaan), manasik (kaji keislaman), pasambahan (sapaan dan permintaan maaf dan lainnya), rundiangan (pertanyaan, jawabanm dan pertanyaan lanjutan), penutup (permintaan untuk dijawab).
Indang merupakan kesenian tiga dimensi yaitu musik, tari, dan resitasi. Pemain menari sambil menyanyikan syair diiringi instrument rapa’I (rebana ukuran kecil). Teks resitasi bersumber dari Al Quran, riwayat nabi Muhammad, riwayat syekh, dan kajian sifat Allah nan duo puluh.
Sumber :
http://kebudayaanindonesia.net/kebudayaan/2311/indang-piaman-kesenian-tiga-dimensi
https://www.google.com/search?q=PERMAINAN+INDANG+PARIAMAN&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwifuLmEuK_JAhXSG44KHSQgAJ0Q_AUICCgC&biw=1366&bih=633#imgrc=ewTvls_JpYb_3M%3A
Tidak ada komentar:
Posting Komentar